Evan dan Attina,Menyulap Sampah Menjadi Robot (1)

Berawal dari Botol Plastik, Membuat Mainan Berupa Robot-robotan Sampah bisa menjadi karya seni yang tinggi. Seperti yang dilakukan Evan Driyananda, 22, dan Attina Nuraini, 22, mahasiswa Jurusan Desain Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Gedung Himpunan Mahasiswa (Hima) Jurusan Desain Seni Rupa, UPI tampak kontras dengan gedung di sekelilingnya. Yang membedakannya, selain bangunannya agak tua, juga eksterior dan interior gedung tersebut. Dinding beberapa ruangan di situ dihiasi aneka lukisan. Malah sebagiannya dicorat-coret dengan cat semprot. Di tengah-tengah ruangan terdapat beberapa benda seni yang unik. Misalnya sepeda onthel yang dihiasi aneka origami.
Sebenarnya, kedatangan saya ke sana kemarin (20/2) bukan untuk mengeksplor gedung Hima, melainkan hendak bertemu dengan Evan Driyananda, 22, dan Attina Nuraini, 22, keduanya mahasiswa Jurusan Desain Seni Rupa UPI yang telah membuat karya seni dengan mendaur ulang sampah.
Kedua mahasiswa semester sepuluh ternyata sudah tidak ada di tempat. Menurut salah seorang teman, mereka sudah jarang ke kampus, mengingat semua mata kuliahnya sudah selesai. ’’Mereka jarang ke kampus, lebih baik akang telepon saja mereka,’’ saran Ahmad, salah seorang temannya, seraya memberikan nomor telepon keduanya.
Benar saja, saat dihubungi, keduanya mengaku jarang datang ke kampus. Sekalipun begitu mereka tetap sibuk berkreasi, yakni mendaur ulang sampah untuk dijadikan beragam karya seni juga mainan. ’’Aktivitas mendaur ulang sampah ini mulai saya lakukan sejak 2006 lalu. Saya terinspirasi saat Kota Bandung menjadi lautan sampah,’’ kata Evan.
Melihat kenyataan itu, Evan merenung. Ada semacam kekecewaan dengan adanya tumpukan sampah di kota kelahirannya, Bandung. Nah, dari situ Evan mengajak teman sekelasnya Attina, lalu mereka mulai iseng mengambil sampah-sampah tertentu, lantas dijadikan aneka mainan anak-anak. Tentu tak semua sampah diambil. ’’Kami hanya mengambil sampah-sampah yang sekiranya bisa dibentuk menjadi mainan seperti botol plastik dan kaleng,’’ kata Evan.
Menjadikan sampah sebagai media seni yang amat menarik. Benda sampah yang mereka bikin karya seni itu ia sebut sebagai sebagai junk art.
Hasil daur ulang sampah dengan membentuk yang mereka buat ini ternyata memiliki keunikan tersendiri. Aneka mainan berupa robot-robotan, ternyata masih belum ada yang menggarapnya. Jika kini lagi marak seni daur ulang, namun kebanyakan hasil daur ulang berbentuk tas dan lain-lain.
Usaha Evan dan temannya Attina berbuah manis. Karya mereka mendapat apresiasi banyak pihak. Buktinya banyak kalangan yang memintanya untuk tujuan komersil. Namun hingga sekarang tawaran tersebut mereka tolak. ’’Saya dan Attina belum berpikir ke arah komersial dulu. Dan kalaupun mau saya komersilkan, saya maunya harga produk saya bersifat harga ‘seni’ bukan harga produksi masal. Karena tujuan saya adalah berseni, bukan bisnis,’’ ungkapnya.
Yang ada di benak mereka adalah bagaimana caranya karya langka tersebut bisa meluluskan sebagai sarjana. Maklum mereka akan membuat skripsi dari karya tersebut. Evan melanjutkan, selama ini sudah mendapat dukungan dosen untuk menjadikan karya ini sebagai penelitian untuk skripsi. (*)

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Tinggalkan komentar